Sosialisasi Konsentrasi Program Studi Sastra Jepang di Universitas Pakuan
Komunikasi Interpersonal dalam program ini melibatkan interaksi antara narapidana, fasilitator, dan petugas rutan. Dalam hal ini, komunikasi tidak hanya menjadi sarana untuk dapat berbagi informasi, tetapi juga sebagai alat untuk membangun kepercayaan dan solidaritas di antara narapidana. Melalui komunikasi yang efektif, para peserta dapat lebih mudah untuk memahami instruksi, berbagi pengalaman, serta saling memberikan dukungan dalam proses pembelajaran dan produksi kopi. Kepercayaan yang terbentuk melalui komunikasi yang baik juga membantu mengurangi konflik dan meningkatkan kerja sama tim dalam program ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara semi-terstruktur. Observasi dilakukan selama berbagai tahap pelaksanaan program Kopi Krabu, mulai dari pelatihan keterampilan hingga proses produksi kopi. Selain itu, wawancara dilakukan dengan narapidana yang terlibat dalam program serta fasilitator yang bertanggung jawab atas pelatihan. Dengan pendekatan ini, penelitian dapat menangkap dinamika komunikasi secara langsung serta memperoleh wawasan mendalam mengenai pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh para narapidana dalam mengembangkan keterampilan mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik akan berdampak positif terhadap akuisisi keterampilan narapidana dalam program ini. Melalui interaksi yang intens, peserta dapat saling belajar dan berbagi pengetahuan mengenai teknik produksi kopi. Selain itu, adanya komunikasi dua arah yang terbuka memungkinkan mereka untuk memperoleh umpan balik yang konstruktif dari fasilitator maupun sesama narapidana. Dengan demikian, komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai mekanisme pembelajaran yang membantu narapidana meningkatkan keterampilan mereka secara lebih efektif. Selain meningkatkan keterampilan teknis, komunikasi interpersonal dalam program Kopi Krabu juga berkontribusi terhadap pertumbuhan pribadi dan sosial narapidana. Kepercayaan diri mereka meningkat seiring dengan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan lebih baik. Mereka juga belajar untuk lebih terbuka dalam menyampaikan pendapat dan menerima masukan dari orang lain. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial yang dapat berguna setelah mereka kembali ke masyarakat. Selain itu, komunikasi yang baik di antara narapidana juga menciptakan lingkungan yang lebih positif dan harmonis dalam rutan, mengurangi potensi konflik, serta meningkatkan rasa kebersamaan.
Penelitian ini menegaskan bahwa komunikasi interpersonal memiliki peran yang sangat krusial dalam keberhasilan program rehabilitasi berbasis keterampilan seperti Kopi Krabu. Komunikasi yang baik tidak hanya membantu narapidana dalam memperoleh keterampilan baru, tetapi juga meningkatkan hubungan sosial mereka, mengurangi konflik, serta membangun lingkungan belajar yang lebih positif. Oleh karena itu, disarankan agar program-program rehabilitasi serupa di berbagai rutan dan lembaga pemasyarakatan di Indonesia semakin menekankan pentingnya komunikasi interpersonal yang efektif. Pelatihan komunikasi dan pengembangan keterampilan sosial bagi narapidana dapat menjadi salah satu langkah strategis dalam memperkuat efektivitas program rehabilitasi dan meningkatkan peluang mereka untuk sukses setelah bebas dari masa hukuman.