Simposium International: Menjelajahi Studi Melayu-Indonesia di Era Normal Baru
Guru Besar Emiratus HUFS Prof. Dr. Koh Young Hun, yang dalam makalahnya bertajuk Smart Learning as Language Education in the New Normal Era memperkenalkan metode pengajaran smart learning atau flipped learning. Simposium ini bertujuan untuk mengeksplorasi perkembangan studi Melayu-Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan dan peluang di era pascapandemi.
Acara dimulai dengan sesi registrasi pukul 13.00 dan dilanjutkan dengan pembukaan yang mencakup pidato dari Kepala Departemen Studi Melayu-Indonesia, perwakilan kedutaan Malaysia dan Indonesia, serta Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya Asia di HUFS. Selain itu, terdapat pemutaran video ucapan selamat sebagai bagian dari perayaan.
Dua pidato kunci (keynote speeches) menjadi sorotan utama:
- Mukjizat Bahasa Indonesia oleh Maman S. Mahayana, S.S., M.Hum.
- Pengajian Melayu di Era New Normal: Pengalaman Malaysia oleh Prof. Dr. Maszlee bin Malik.
Sesi simposium dibagi menjadi beberapa diskusi mendalam yang membahas berbagai aspek studi Melayu-Indonesia, termasuk:
- Penggunaan MALL dalam Pengajaran Kalimat Imperatif Bahasa Indonesia: Studi Kasus di Kelas Bahasa Indonesia di Korea Selatan. Dipaparkan oleh Nur Utami Sari'at Kurniati, M.Hum. (Universitas Pakuan).
- Pemanfaatan ragam bahasa Indonesia sebagai materi pengajaran bagi penutur asing. Di paparkan oleh Dr. Tri Mastoyo, M.Hum. (Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada).
- Pembelajaran puisi untuk meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia di Korea. Di paparkan oleh Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd. (Universitas Brawijaya).
- Analisis naratif penggunaan video YouTube sebagai bahan pengajaran bahasa Indonesia di Korea. Di paparkan oleh Tommy Christomy, S.S., M.Hum., Ph.D. (Universitas Indonesia).
- Kelangsungan bidang pengajian Melayu di tingkat global. Di paparkan oleh Prof Dr Hashim Ismail (Universiti Malaya).
- Upaya revitalisasi bahasa daerah dalam era globalisasi. Di paparkan oleh Dwi Agus Erinita, Miranti Sudarmaji (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa).
Selain itu, pembicara dari berbagai institusi, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Pakuan, Universitas Malaya, Universitas Muhammadiyah Tangerang dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, berbagi pandangan tentang perkembangan sastra, pendidikan bahasa, dan perlindungan bahasa daerah.
Acara ini ditutup pada pukul 17.00 dengan harapan mampu mendorong kolaborasi internasional dalam mengembangkan studi Melayu-Indonesia. Selain memperkuat hubungan antara negara-negara Asia, simposium ini juga menjadi platform penting untuk berbagi ide dan inovasi dalam pendidikan bahasa dan sastra di era modern.
Simposium ini menunjukkan komitmen HUFS dalam mempromosikan studi Melayu-Indonesia sekaligus merayakan pencapaian akademik selama enam dekade terakhir.